Ketakutan terbesar datang bukan dari yang bisa kita lihat, tetapi datang
dari yang kita dengar.
Saat adegan menakutkan di dalam film horor, biasanya seseorang refleks
memejamkan mata dan menutupi telinga dengan tangannya. Tetapi... sekuat apapun
tangan menutupi telinga, suara yang menakutkan tetaplah masih terdengar. Tidak
ada yang bisa membuat telinga berhenti mendengar. Kecuali kita memilih untuk
melukai telinga dan menjadi tuli. Aku lebih memilih untuk menutupi suara
menakutkan itu dengan suara lain. Namun, sebesar apapun usaha kita untuk
mengalihkan pendengaran, keempat indra lain pasti akan memaksa otak untuk
mendengar suara itu.
Hal inilah yang terjadi padaku, 3 hari lalu. Aku adalah anak lelaki normal,
yang lahir dikeluarga normal, dan hidup dengan normal. Tidak pernah terbesit
pikiran “Aku ingin melakukan hal yang hebat” atau “Aku ingin menjadi spesial”.
Namun, biasanya apa yang kita ingini selalu bertolak belakang dengan kehendak
Yang Mahakuasa. Suatu waktu, aku pindah ke rumah baru di daerah Kramat Jati
bersama keluargaku. Rumah baru ini tidak terlihat mewah, tapi cukup luas dan
memiliki tiga lantai. Disebelah kiri dan kanan diapit oleh rumah lain yang
serupa. Bisa dikatakan, daerah perumahan ini cukup ramai dan menyenangkan.
Sudah beberapa hari aku tinggal dirumah ini dan sejauh ini aku sangat
menikmati lingkungan baru ini. Udara yang cukup kering dengan harum bunga.
Perumahan yang cukup jauh dari jalan raya. Anak perempuan manis yang tinggal di
sebrang rumahku.
Dan suatu hari, semuanya berubah. Waktu itu hari Sabtu, pukul 2 pagi. Aku
mendengar suara isak tangis seseorang. Suaranya terdengar lemah dan berlangsung
cukup lama. Berbaring diranjang dan mendengarkan suara tangisan tersebut
membuatku menyadari kalau suara tangisan itu adalah suara seorang perempuan.
Bulu kudukku merinding.
“.....”
Suaranya semakin jelas terdengar. Suaranya serak. Seperti tangisan
kuntilanak didalam film horor!
Suara siapa itu? Kenapa suaranya terdengar dekat? Siapa yang menonton film
horor sepagi ini, dengan suara yang kencang pula? Apakah ibu sedang bertengkar
dengan ayah? Tidak mungkin. Kamar ayah dan ibu di lantai satu, dan ini lantai
tiga. Dan lagi tidak mungkin mereka bertengkar sampai ibu menangis. Jadi siapa
itu?
Asumsi dan pertanyaan terus melayang dibenakku sampai akhirnya aku memiliki
dua pilihan. Memeriksa suara itu.. atau tetap tidur dan pura-pura tidak
mendengarnya.
Aku bukanlah anak pemberani. Bukan anak inisiatif yang selalu menjawab
pertanyaan guru saat dilontarkan pertanyaan. Aku hanya seorang anak lelaki
biasa yang kurang agresif dan selalu berpikir bagaimana baiknya sampai sesuatu
atau orang lain menyelesaikannya.
Dalam kondisi ini aku tak bisa mengandalkan orang tuaku. Apa kata mereka
kalau aku ketakutan karena suara tangisan hantu? Baiklah. Dengan mantap aku
memejamkan mata dan meraih mp3playerku.
Kuputar album anime song kesukaanku
dan mencoba tertidur.
Aku tak peduli dengan suara itu lagi.
2 Malam berlalu dan tangisan itu terus berlanjut. Ayah dan ibuku tidak
bertengkar dan sama sekali tidak menonton film horor. Ibuku juga mengatakan
“Jam 2 pagi? Tetangga kita tidak mungkin menonton film horor pada jam 2 pagi!”
Perasaan gelisah makin menghantuiku. Jadi, suara siapa itu?! Ha..hantu?!
Malam ini pasti tangisan itu akan berlanjut. Tidak perlu datang membunuhku,
ketakutan dan tekanan mental ini sudah membunuhku pelan-pelan!
Aku memikirkan berbagai cara, apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa tidur
di kamar orang orangtuaku. Aku juga tak bisa mengajak temanku untuk menginap
disini.
Sepertinya, jalan satu-satunya hanyalah pindah ke kamar lantai 2. Ya, rumah
ini cukup luas dan masih ada 2 ruang kosong di lantai 2.
“.............”
Kulirikkan mata ke jam ditelepon genggamku. Pukul 1 pagi. Aku tak bisa
tertidur. Berbaring di atas kasur lipat yang keras ini dan musik yang terus
menemaniku sama sekali tidak membuatku kesulitan tidur. Ketakutanlah yang
membuat kenyamanan ini sirna. Aku hanya bisa terus memejamkan mata dan berharap
tidak ada tangisan lagi.
1 Hal yang kupelajari selama 2 malam ini adalah mp3player ini tidak bisa selamanya menutupi pendengaranku. Seberapa
keras volumenya, ketika sebuah lagu habis, akan menyisahkan jeda beberapa detik
ke lagu selanjutnya. Dan ditengah-tengah jeda lagu tersebut, aku masih bisa
mendengarnya. Tangisan sedih milik wanita itu, yang seakan-akan berbisik
disampingku.
Pukul 1.30. Ketakutan membuatku bertekad memejamkan mata terus, apa pun
yang terjadi. Kalau pagi sudah tiba, aku bertekad akan menceritakan ini semua
ke orang tua dan berharap semua bisa diselesaikan. Heh. Rasanya menyedihkan. Di
dalam hidupku, aku selalu meminta pertolongan orang lain dalam menyelesaikan
permasalahan ku. Tidak heran kalau tidak ada yang menyukaiku. Tapi aku sadar
akan semua itu dan ingin terus memperbaikinya, walau tidak tahu caranya.
Rasa sedih dan takut semakin beraduk. Aku tetap memejamkan mata dan mencoba
tertidur.
“..... Kamu dengar kan..?”
Nafasku terhenti. Kelopak mataku semakin erat menutupi mataku. Dijeda lagu,
terdengar suara menakutkan.
“S-suara tadi... siapa..?!!”
Apa yang harus kulakukan?! Suara tadi seperti berbisik kepadaku. Hantu?!
Ditengah musik yang kembali berputar, aku merasakan udara dingin menyentuh kaki
dan leherku. Seseorang! Aku merasakan seseorang atau sesuatu didalam ruangan
ini!
Lari! Lari darisini! Hanya kata lari
yang terlintas didalam benakku.
“....!?”
Mataku tetap terpejam dan mencoba menggerakkan kakiku. Tubuh ini terasa
lemas dan tak bertenaga. Tekanan ketakutan ini membuatku panik dan tak bisa
menggerakkan tubuhku. Kucoba mengumpulkan segenap tenaga kedalam nafasku untuk
berteriak meminta pertolongan.
“.....”
Percuma! Hanya sehembus nafas kecil yang keluar. Apa yang harus kulakukan!?
Ditengah kepanikan, musik yang kudengarkan selesai berputar..
“Kamu
dengar kan?”
Suara itu terdengar kembali! Aku masih tersadar dan bukan bermimpi! Suara
itu terdengar jelas disampingku dan semakin menakutkan.
“KamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamu
dengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkanKamudengarkan!??”
“H-Hii..!!”
Aku tak bisa berteriak. Suara yang terus berlanjut tanpa henti dan jeda itu
membuatku semakin takut. Suaranya semakin lama semakin kencang dan terdengar
marah karena aku tak mendengarkannya. Aku tak bisa melakukan apa-apa lagi.
Hanya membuka mata ini lah yang bisa kulakukan dan berharap dengan melihat
sumber dari suara ini bisa menghentikan kegilaan ku..
“..A..aahh....AAAAAAAAAAAAAAAAA!!! AAARGHHHHHHHH!!”
“....”
Aku terbangun. Gelap. Sesuatu menutupi kedua mataku. Perban? Setelah meraba
mata dan tubuhku, aku disambut oleh suara berat seorang pria. “Kamu sudah
sadar? Oh, kamu ingat siapa kamu? Mungkin kamu bingung, tapi kamu baru saja
tersadar setelah 3 hari koma. Dan mata kamu.. sedikit terluka.”
Aku berada dirumah sakit. Mencoba mengembalikan pikiranku, dan aku
mengingatnya. Malam itu, aku melihat.. Apa yang orang-orang katakan sebagai
hantu. Sesosok manusia berambut panjang yang wajahnya berlumuran darah berdiri
disamping ranjangku dan berteriak “Kamu dengarkan?”. Meskipun aku tertidur
selama 3 hari, aku masih mengingatnya dengan jelas. Suara wanita itu. Dan
Matanya. Kedua matanya kosong! Hanya dua lubang besar berwarna merah darah
beserta daging yang keluar dari matanya.
Dan mataku. Aku masih mengingatnya. Dengan suara penuh amarah dan ekspresi
menakutkan, “hantu” ini menusukkan jarinya kedalam mataku dan membuatku tak
sadarkan diri ketika rasa sakit yang mengerikan ini tak tertahankan lagi.
............
Haahh.. Inikah yang hal spesial yang kunanti? Aku hanya bisa mengeluh dan
meratapi nasibku sebagai orang buta. Setidaknya aku terbebas dari suara dan
rumah itu. Tidak perlu memikirkan apa-apa lagi dan cukup berbaring disini saja.
Mata yang tertutup ini terasa aneh. Aku tak perlu memejamkan mata lagi,
semuanya sudah gelap. Gelap. Dan.. suara itu.
“..... Kamu dengar kan..?”
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar